Kisah Semut Membawa Setetes Air Untuk Memadamkan Api Yang Membakar Nabi Ibrahim

SRIPOKU.COM – Seperti yang sering kita dengar dari para ulama dan juga dari buku, kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim diselamatkan Allah SWT ketika dibakar dalam gunung api oleh Raja Namrud.

Bukannya kepanasan, ketika itu Nabi Ibrahim malah menggigil kedinginan sehabis dibakar.

Ketika Raja Namrud memerintahkan pasukannya untuk membakar Nabi Ibrahim, seekor semut mendengar kabar itu. Semut itu kemudian berpikir bagaimana caranya menyelamatkan Nabi Ibrahim meski ia bertubuh kecil.

Karena punya tekad tak boleh berdiam diri, si semut pun membuat bejana dari kayu kecil, lalu pergi ke danau sambil membawa bejana tersebut untuk membawa setetes air yang akan ia gunakan untuk menolong Nabi Ibrahim yang hendak dibakar Raja Namrud.

Dalam perjalanan, si semut bertemu dengan seekor gagak. Gagak itu kemudian bertanya kepada si semut:

Gagak: “Apa yang kamu pikul itu sampai kau begitu payah membawanya?”

Semut: “Aku membawa bejana berisi air.”

Gagak: “Untuk apa air itu?”

Semut: “Tidakkah kamu mendengar kalau Namrud akan membakar Nabi Ibrahim? Aku ingin membantu memadamkan api Namrud yang membakar Nabi Ibrahim.”

Gagak: “Apakah kamu merasa yakin bisa memadamkan api besar Namrud dengan setetes air itu?”

Semut: “Aku tahu setetes air yang ku bawa tidak akan bisa memadamkan api besar Namrud, tetapi dengan ini aku bisa memastikan di pihak manakah aku berada (di pihak Allah).”

Singkat cerita, si gagak pergi begitu saja sambil mencemooh si semut. Sementara si semut tetap pergi ke tempat Ibrahim akan dibakar dengan tekad yang kuat.

Meski cerita semut membawa setetes air ini tidak ada dalam Alquran atau hadis, tapi kita bisa mengambil banyak hikmah dari kisah ini.

Semut itu tahu setetes air tidak akan mampu memadamkan api besar, tapi semut itu tahu kalau Allah selalu menilai hambanya yang melakukan kebaikan walau sangat kecil.

Semut itu ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah makhluk yang beriman di hadapan Allah dengan membantu kekasih Allah, Nabi Ibrahim.

Si semut ingin melakukan kebaikan sesuai kemampuannya. Tak peduli meski ada yang mencemoohnya, si semut melakukan kebaikan dengan niat tulus karena ingin dinilai Allah bukan oleh makhluk. Oleh sebab itu si semut tak mundur meski dicemooh oleh si gagak.

lihatlah pedoman hidup sang semut! Apakah dia terlihat gagah, atau tampak konyol dengan apa yang dia perbuat? Tidakkah kita malu dengan sang semut yang dengan tenaga kecilnya masih semangat untuk membela Allah dan Rasulnya, sedangkan kita hanya duduk bisu dan bahkan mencemoh para penuntut keadilan untuk agama Allah seperti yang dilakukan gagak di atas.

Lantas apa yang akan kita pertanggung jawabkan nanti di hari penghitungan. ketika muslim diluar sana berjuang mati-matian menuntut si penghina agama agar diadili dengan menjalani berbagai prosedur yang baik, kemudian kita hanya berkoar-koar agar tidak perlulah dipermasalhkan.

Paling tidak kita harus membantu semampu kita, bukan lantas menggembosi yang bersemangat. Dan yang terakhir janganlah menjadi penolong bagi orang-orang yang menghina dan melecehkan agama Allah!!!!

Penulis: Budi Darmawan
Sumber: Sriwijaya Post

https://palembang.tribunnews.com/amp/2017/11/05/kisah-semut-membawa-setetes-air-untuk-memadamkan-api-yang-membakar-nabi-ibrahim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!